�Sebaiknya  para pecandu narkoba segeralah berhenti, sekali lagi  berhenti  mengkonsumsi narkoba. Tidak ada satupun seseorang yang dapat  meraih  sukses dalam hidup ini apabila kehidupannya dikendalikan oleh  narkoba.  Kontrol dan kendalikan hidupmu tanpa narkoba. Jangan membuat  kealalaian  yang disengaja, karena bagaimanapun kalau menjadi pecandu  narkoba,  maka dalam hidup ini telah kehilangan segalanya dengan sia-sia�
[Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono]
*
Di  sekitar daerah Haadyai, Muangthai Selatan, pada awal 1979,  para  penguasa memergoki satu cara yang sangat keji dalam menyelundupkan   heroin lewat perbatasan, Malaysia. Bayi-bayi diculik atau dibeli dari   orang tuanya � yang tidak menyadari apa maksud sebenarnya si Pembeli.   Bayi tersebut lalu dibunuh, isi perutnya dikeluarkan dan diisi dengan   kantong-kantong heroin. Mayat itu lalu dibawa menyeberangi perbatasan,   laksana bayi yang terlena di buaian tangan �ibu� tercinta.
*
Di  Hamburg, Jerman, seorang pemuda sempat menelan ekstasi  sebelum  terlibat keributan dengan pacarnya sampai ia nekat menghujamkan  samurai  ke jantungnya dan mati konyol
*
Di  Thailand, biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah akibat  kecelakaan  lalu-lintas di bawah pengaruh miras mencapai US$ 4 Billion  per tahun,  yang merupakan 16 % dari APBN atau 2,8 kali dari dana  Departemen  kesehatan Masyarakat. Antara tahun 1989 dan 1994 kematian  akibat  kecelakaan lalu-lintas (di bawah pengaruh miras) meningkat sampai  170  %; 30 % tempat tidur di rumah sakit dihuni oleh pasien-pasien  akibat  kecelakaan lalu-lintas tersebut di atas.
*
Di Amerika, penyalahgunaan Narkotika sudah merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern.
*
Dikemukakan  bahwa 1 di antara 11 orang dewasa Amerika adalah  pecandu narkotika  berat; sementara di kalangan remaja adalah 1 di antara  6 orang. Cedera,  cacat, hingga kematian akibat penyalahgunaan narkotika  adalah hal yang  sia-sia yang disebabkan karena over dosis, tindak  kekerasan dan  kecelakaan (terutama kecelakaan lalu lintas)
*
Di  Republik Indonesia, Peredaran Gelap dan penyalahgunaan  Narkoba semakin  mengerikan. Prevalensi Penyalahguna Narkoba saat ini  sudah mencapai  3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia  adalah  penyalahguna Narkoba. Maraknya peredaran Narkoba di Indonesia  merugikan  keuangan negara sebesar Rp 12 triliun setiap tahunnya. Data  yang  diperoleh dari BNN (Badan Narkotika Nasional) menyebutkan, setiap   tahunnya 15.000 orang meninggal akibat penyalahgunaan Narkoba. Dari   jumlah tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa 40 nyawa perhari harus   melayang akibat Narkoba.
*
Operasi  Nila Rencong yang digelar khusus Oleh BNN di wilayah  Aceh  setahun  terakhir ini menorehkan hasil yang membelalakkan mata.  Total berat  pohon dan bibit ganja yang ditemukan di areal hutan dan  pegunungan  bermedan berat di ujung barat provinsi Indonesia tersebut  tercatat  sebesar 373,245 ton. Berat total yang setara dengan berat 6  ribu pria  dewasa yang bila semuanya didudukkan dapat memenuhi 8 lapangan   sepakbola!.
*
Menurut  ketua BNN, Jenderal Polisi Drs. Sutanto, tentang  penggerebekan sebuah  pabrik pembuatan ekstasi, �Dengan berbagai alat,  seperti cooling  reactor, rotary evaporator (penguap), penjernih air,  mesin pencampur,  mesin penghancur, pressing machine, dan berbagai alat  pencetak, pil  yang tercetak dalam satu menit mencapai 840 tablet (satu  jam 50.400  butir). Jika dihitung dengan jam kerja sehari lima jam dan  seminggu  lima hari serta sebulan tiga minggu, berarti satu hari bisa  mencetak  251.000 butir pil, seminggu 1.260.000 butir, sebulan 3.780.000  butir  dan setahun 45.360.000 butir. �itu baru kemampuan satu set mesin  saja,  sedangkan ada dua mesin. Berapa besar peredaran ekstasi di tanah  air�,  ujar Sutanto. Baru-baru ini, yakni pada bulan November 2007,  aparat  kepolisian berhasil membongkar sebuah jaringan narkoba dengan  barang  bukti terbanyak sepanjang sejarah di Republik indonesia; jutaan  butir  ekstasi!
*
Beberapa  tahun yang lalu penyair kawakan, Taufik Ismail,  mengaku pernah dibuat  tak bisa tidur dua hari dua malam. Matanya terus  melek, pikirannya  kalut karena dihantui kegetiran yang luar biasa.  Seperti dikutip Kompas  Cyber Media (KCM), hal itu dialaminya setelah ia  mewawancarai tiga  puluh remaja laki-laki dan perempuan di sebuah panti  rehabilitasi  Narkoba di Jakarta. �Setelah ngobrol dan mendengar cerita  mereka, saya  tidak bisa tidur dua hari berturut-turut. Saya benar-benar  merinding  mendengarnya. Saya berpikir, sudah sangat luarbiasa kerusakan  bangsa  ini. Kemana pun saya pergi, apakah itu di kota besar, kecil, tepi   pantai, saya melihat mayat-mayat berdiri. Mereka adalah korban dari   ekstasi, marijuana dan Shabu-shabu�
*
Janda  Kholinah (bukan nama yang sebenarnya), berusia 47 tahun,  yang  sehari-hari berprofesi sebagai seorang pedagang nasi goreng.  Menghadapi  putranya, Adiansyah (bukan nama yang sebenarnya) berusia 23  tahun,  terjerat Narkoba sejak di bangku SMP. Kholinah tidak mudah  menyerah.  Dirinya berupaya agar anaknya dapat sembuh dan bebas dari  barang haram  meski berkorban harta habishabisan. �Saya rela berbuat apa  saja supaya  anak saya bisa sembuh�, ungkapnya. Derita Kholinah memang   berkepanjangan. Pada tahun 2000-an suaminya meninggal akibat Stroke yang   makin parah karena memikirkan Adian yang kecanduan Narkoba. Belum  lagi,  karena perhatian total Kholinah diberikan kepada Adian, putra   sulungnya, Ardana (bukan nama yang sebenarnya) berusia 25 tahun,   tiba-tiba menjadi pemuda yang mengurung diri di kamar dan tidak mau   bekerja lagi. �dia Stres dan saya bawa berobat meski dengan uang   pas-pasan�, kata Kholinah. Perilaku pemakai Narkoba memang selalu   berusaha untuk memegang uang untuk sakau. �jika tak diberi uang saya   bisa dihajar habishabisan. Pernah saya diseret dari rumah tetangga   dimintai uang. Duh Gusti..�, ujarnya sedih. Agustus tahun lalu, Adian   menganiaya ibu kandungnya karena dimintai uang sebesar Rp 25 ribu tidak   mau memberi. �sejak bangun tidur saya pasrah. Saya benar-benar tidak   punya uang. Jadi mau diapain saja pasrah�, uangkapnya. Namun tetangganya   merasa tidak tega terhadap Kholinah dan ingin membuat Adian jera.   Akhirnya Adian dilaporkan kepada pihak aparat keamanan dan diamankan.
*
KPP  menyebutkan bahwa 3 % dari total pecandu di Indonesia  adalah  perempuan. Jika merujuk pada hasil penelitian BNN yang  menyebutkan 1,5 %  dari total penduduk Indonesia adalah Penyalahguna  Narkoba, berarti  kurang lebih ada sekitar 120.000 perempuan di Indonesia  yang menjadi  Penyalahguna Narkoba. Bayangkan apabila semua perempuan  tersebut adalah  ibu-ibu yang memiliki rata-rata dua orang anak maka akan  terdapat 240  ribu anak yang terlantar karena ibunya tidak berdaya dan  terjerat oleh  setan Narkoba. Atau kalaupun semua perempuan itu belum  berkeluarga,  maka malapetaka sudah menunggu mereka dan anak-anak mereka  kelak.  Apalagi bila perempuan tersebut adalah pengguna Narkoba jarum  suntik,  maka HIV/AIDS, Hepatitis, dan berbagai penyakit berbahaya  lainnya sudah  membayangi dan cenderung menular ke anak-anak mereka
*
Dari  berbagai data dan informasi yang ada di BNP (Badan  Narkotika Propinsi)  DKI, diketahui bahwa wilayah penyebaran,  penyalahgunaan, dan peredaran  gelap Narkoba telah merambah ke berbagai  tempat pendidikan dari SD,  SMP, SMU, hingga perguruan tinggi. Maraknya  aksi-aksi kekerasan seperti  perusakan, pemerasan, penganiayaan hingga  tawuran yang dilakukan oleh  pelajar, salah satu penyebabnya adalah  penyalahgunaan Narkoba. Untuk  itu, menurut Fauzi Bowo, para pelajar,  orang tua serta guru perlu  mendapatkan pembekalan dan pengetahuan  tentang bahaya Narkoba dan  akibat-akibat yang ditimbulkannya. Lebih jauh  lagi, kita harus  meningkatkan kesadaran dengan meningkatkan keimanan  dan ketakwaan,  serta pengetahuan yang memadai tentang pola hidup sehat.
*
�Dulu  saya seorang pemakai narkoba berat� tutur Jefri  Al-Buchary atau  sebutan akrabnya UJ. �Mengulas kehidupan saya kalau  diceritakan sangat  pahit dan memang ini sudah menjadi jalan saya�  ungkapnya. Kata UJ,  narkoba itu seperti duri yang bernyawa, jika sudah  masuk ke dalam diri  kita maka perlahan-lahan duri itu akan menusuk-nusuk  diri kita dari  dalam, yah.. akhirnya hanya diri sendiri yang merasakan  bagaimana  sakitnya, tersiksanya bahkan sampai ajal mendekati kita�
*
Testimoni  Bunda Iffet: �hati saya trenyuh melihat efek jahat  narkoba pada anak  saya� (Bimbim Slank). Slank, Band besar yang telah  mengukir banyak  prestasi di kancah musik Indonesia adalah salah satu  ikon yang  mempunyai fans fanatik terbesar di negeri ini. Eksistensinya  di dunia  musik tak diragukan lagi. Seiring perjalanan waktu, grup band  yang  telah dua kali bongkar pasang personil, ternyata tak lepas dari   lika-liku problematika seputar narkoba. Namun berkat perjuangan serta   tangan dingin bunda Iffet, akhirnya band ini mampu lepas dari masalah   ketergantungan narkoba. Setelah benar-benar pulih dan bersih dari   narkoba, Band ini menguatkan tekadnya untuk berperang melawan narkoba,   serta mengajak orang dan fansnya agar tidak menggantungkan hidupnya pada   narkoba. Harus diakui, mereka adalah legenda musik tanah air yang bisa   memberi contoh positif dan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.   �Sekarang bukan jamannya lagi slogan �Say no to Drugs�, tapi �Fight   Against Drugs�, jangan hanya bilang tidak tapi perangi narkoba. Kami   hanya memberikan contoh pada para slankers agar tidak make narkoba. Kita   ingin sampaikan, tanpa narkoba kita punya stamina yang kuat dan bisa   berkarya. Sejauh ini, memang kami tidak punya album khusus tentang   narkoba, namun kita punya banyak lagu yang bertemakan itu.� tegas Bimbim   ketika dimintai komentarnya pada Pentas Musik Akbar di Ancol 17 Juni   2007 dalam rangkaian HANI.
*
Dalam  seminggu, Capt. H. Kaharuddin bisa menghabiskan Rp 16  juta untuk  membeli shabu. Dalam kurun waktu tersebut Kahar tetap  melaksanakan  tugasnya di kantor yakni di Barito sebagai kepala  pelayaran.  Lama-kelamaan produktifitasnya menurun; Kahar bahkan hanya  mampu  mengandalkan anak buahnya untuk bekerja. Pernah pada saat rapat  dengan  bos perusahaannya dari Korea ia tertidur sampai rapat berakhir.  Efek  jahat shabu pada tubuhnya sudah mulai parah. Badannya seakan tidak   punya tenaga untuk beraktifitas, ia bisa menghabiskan sehari penuh untuk   tidur sehingga kerjaannya pun terbengkalai. Badannya kurus karena  tidak  ingat makan, otaknya lemah. Bahkan karena saking seringnya  tertidur ia  sudah lupa akan waktu dan hari. Akibatnya Kahar jadi  bulan-bulanan  penipuan oleh teman dan anak buahnya. Barang-barang di  rumahnya ia jual  dengan harga murah tanpa sadar. Mobil limosinnya hanya  dijual dengan  harga 100 juta. �hidup saya sudah pasrah, mau makan atau  tidak kek  terserah,� kenang Kahar pada saat kecanduannya akan narkoba  masih  merongrong walaupun harta ludes tak tersisa. Teman dan keluarga  menjauh.  Saat ini ia sudah banyak menyadarkan orang di Ternate,  terutama kaum  muda. �dengan cerita saya ini, saya ingin pembaca  (majalah) SADAR jangan  pernah coba-coba pakai narkoba. Untuk yang masih  make, sebenarnya harga  diri mereka akan hilang karena menjadi bodoh,  lebih bodoh dari  binatang. Sebodoh-bodohnya binatang lebih bodoh lagi  orang yang make  shabu. Kedua, mereka tidak menyadari akibatnya nanti.  Syukur kalau dia  mati, tapi kalau tidak? Bisa Gila. Seperti saya ini  yang sudah mengalami  akibatnya. Saya juga berharap mudahmudahan dengan  membaca kisah saya  ini ada lima bandar saja yang sadar, sehingga  beribu-ribu manusia bisa  selamat dari narkoba�
*
Seorang  bapak, sebut saja Budi Ardjanto (bukan nama  sebenarnya), tiba-tiba  menangis tersedu-sedu sambil bercerita. Putra  keduanya terpaksa  meninggal dunia pada waktu kelas dua SMP karena  narkoba. Dirinya sempat  tidak mengetahui pada awalnya karena puteranya  tinggal bersama sang  nenek di daerah Jakarta Pusat sementara dirinya  tinggal di wilayah  Tangerang. Dalam pengakuan sedihnya Budi bercerita,  dirinya telah  habis-habisan harta bendanya mulai dari mobil, rumah, dan  isinya telah  amblas semua dengan harapan besar putranya dapat sembuh.  Namun  kenyataannya dia harus meninggal dalam usia muda.
*
Irwanto  Ph. D, pendiri kios Narkoba Atmajaya : �Adik saya  pemakai narkoba  sejak SMP. Padahal bukan di kota besar tapi di kota  kecil yang namanya  Purwodadi, Grobogan. Kecil sekali, di sebelah timur  Semarang. Dia makai  ganja, pil dan segala macam sampai dia dikeluarkan  dari sekolah. Saya  dan keluarga sangat menderita waktu itu. Karena adik  saya ini adalah  adik yang kita sayangi. Pandai sekali tapi punya  masalah.  Bertahun-tahun seperti itu terus-menerus. Sampai saya lulus  kuliah pun,  adik saya masih terlunta-lunta. Sejak saat itulah saya mulai  terjun ke  Bersama, mulai jadi relawan untuk mengurusi masalah ini.  Kemudian adik  saya mulai sembuh, lalu saya tinggalkan dia ke Amerika  karena saya  dapat beasiswa Full Bright, tapi saya tetap ambil bidang  narkoba.  Master saya bidang narkotik, doktor saya juga bidang narkotik.  Balik ke  Jakarta rupanya adik saya punya masalah lagi. Di keluarganya  ada  masalah dan dia balik lagi ke narkoba. Adik saya mulai minum lagi,   ngobat lagi segala macam sampai akhirnya ia meninggal dunia tahun 1993   karena over dosis. Tapi kelihatannya dia mengoverdosiskan dirinya   sendiri, dia bunuh diri. Begitu tahu dia meninggal bunuh diri, saya   sangat frustasi, kecewa dengan diri sendiri, menyalahkan diri sendiri   karena saya doktor yang mempelajari hal itu tetapi tidak bisa membantu   adik saya sendiri. Saya dihantui perasaan bersalah, dunia narkotik sudah   mau saya tinggalin. Sampai sekitar tahun 96-97 orang mulai ramai   membicarakan itu, dan saya sudah mulai damai dengan diri saya sendiri,   akhirnya saya berkata dalam hati, �Kalau adikku tidak bisa aku tolong   mungkin aku bisa menolong orang lain. Mulailah saya jadi relawan lagi�.
*
Seorang  korban Narkoba, Fandy (bukan nama yang sebenarnya),  mantan seorang  Bandar besar Narkoba. �Saya dulu bergelimangan harta  dengan berjualan  Narkoba secara gelap. Mau beli apa saja saya bisa  sehingga rasanya  hidup tidak pernah susah dan banyak teman�, ungkapnya  berbagi cerita.  Fandy juga pemakai jenis Narkoba yang menggunakan  suntikan dan sering  bergantian dengan temantemannya di kampus tanpa  menyadari bahaya maut  yang bisa mengancamnya. Bisnis barang haram  akhirnya menjadi pukulan  berat bagi dirinya karena setelah melakukan tes  dirinya dinyatakan  positif dan harus menjalani perawatan medis. �Saya  kaget dan tidak  menyangka. Ini akibat nyutik bergantian dengan  teman-teman. Korban AIDS  kebanyakan dominan pecandu Narkoba. Sekarang  ini, saya sudah tiga  tahun lamanya harus minum obat secara rutin pagi  dan sore hari, dan  tidak boleh kelewat�, ungkapnya. Menurut pengakuan  Fandy, setiap bulan  dirinya harus menyediakan uang sebesar 9 jutauntuk  membeli obat. Bukan  berarti bisa sembuh. HIV/AIDS belum ada obatnya.  Dari 30 temannya dulu  di kampus yang sering nyutik tinggal tiga orang  yang masih hidup  termasuk dirinya. �teman-teman yang lain sudah pada  meninggal semua.  Kini saya berjuang dalam hidup bersama AIDS yang belum  ada obat yang  dapat menyembuhkannya�, ungkapnya sedih. Penderita korban  infeksi virus  HIV/AIDS sebagian akibat memakai Narkoba terutama  menggunakan jarum  suntik yang tidak steril selain akibat seks bebas dan  sebagainya.
*
Seorang  ibu yang mengikuti persidangan anaknya karena terlibat  narkoba sempat  mengungkapkankenyataan pahit yang tengah diterimanya.  Dirinya  mengetahui putranya sebagai pemakai setelah petugas polisi   memberitahukan putranya ditangkap petugas anti narkoba. Dirinya hampir   tidak percaya. Namun fakta berbicara lain. Sebab, si anak di rumah   berlaku baik dan tidak macam-macam dan bahkan setiap kali si ibu   membersihkan kamar dan tas sekolahnya tidak menunjukkan tanda-tanda sang   anak termasuk pemakai. Kepedihan mendalam itu membuahkan peringatan.   �Saat itu, saya memohon kepada aparat penegak hukum supaya bertindak   tegas memberantas jaringan narkoba di tanah air. Para pengedar yang   masih leluasa berkeliaran di masyarakat juga di lingkungan sekolah agar   segera ditindak karena merekalah anak saya terpaksa masuk bui�
*
Dalam  sebuah artikel berjudul �Narkoba Mempengaruhi kerja  otak�, dr. Lidya H  Martono, SKM dan dr. Satya Joewana, SPKJ, mengakhiri  ulasannya dengan,  �Perasaan Nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa  gembira yang dicari  mula-mula oleh pemakai Narkoba, harus dibayar sangat  mahal oleh dampak  buruknya, seperti ketergantungan, kerusakan berbagai  organ tubuh,  berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga  dan  teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya   kehidupan moral, putus sekolah, pengangguran serta hancurnya masa depan   dirinya�
*
Gara-gara  hobi mabuknya itu, saat kelas 1 SMA, nilai rapor  Novri merah semua.  Itu pun terus berlanjut, hingga kuliahnya putus di  tengah jalan. �Yah,  gimana mau kuliah, duitnya saya pakai untuk mabuk,�  ungkapnya sembari  menggaruk-garuk kepalanya yang botak. Saat itu, Novri  tidak dapat  mengontrol diri dari kemarahan. Emosinya juga sangat tidak  terkendali  hingga ia memutuskan hengkang dari kampus. Cita-cita pun  melayang. Ia  terus berusaha, bagaimana cara membeli barang haram,  padahal tidak ada  sama sekali uang di tangannya. Novri juga berkisah  mengenai kakak  angkatnya, yang tinggal serumah dan juga pernah menderita   ketergantungan obat. Namun kakaknya itu berhasil pulih, setelah   mengikuti program di sebuah pusat rehabilitasi. �kakak saya itu sering   banget nasihatin dan cerita gimana rasa capeknya dan sering tersiksa   gara-gara narkoba, �ujar Novri. Kedua orang tuanya pun tidak   bosanbosannya menasihati, namun saat diberitahu dengan nada tinggi,   Novri justru marah dan gusar. Tak satu pun nasihat didengarnya, yang ada   di kepalanya saat itu adalah bagaimana cara agar terus punya uang dan   kembali menikmati barang haram tersebut. �nggak tahan kalau lagi sakau.   Sakitnya dari ujung kaki sampai kepala, badan pegal, seperti terserang   flu tulang dan tenggorokan kadang sakit,� tutur Novri panjang lebar.   Akhirnya, untuk dapat terus mengkonsumsi narkoba, Novri ikut   mengedarkan. Dia berharap pengalaman hidupnya dapat menjadi pelajaran   bagi generasi muda agar jangan sekali pun terjerat narkoba, karena saat   ingin terlepas akan mengalami fase-fase teramat sulit. Bercermin dari   masa lalunya yang kelam, saat ini Novri mendampingi dan membantu   korban-korban ketergantungan narkoba di pusat rehabilitasi Rumah   Sakinah. Menurutnya, pekerjaan sebagai manajer program di pusat   rehabilitasi Rumah Sakinah adalah sebuah pengabdian untuk menebus   dosa-dosanya.
*
Sekjen  Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait,  mengatakan, �Sindikat  Narkoba incar Anakanak. Fakta menunjukkan saat ini  banyak anak-anak  yang terjerembab dalam lembah narkoba. Keterlibatan  anak-anak tidak  hanya sebagai pemakai, banyak di antaranya membantu  bandar-bandar  narkoba untuk mengedarkan narkoba. Dibandingkan menjebak  orang dewasa,  yang terhitung sulit, anak-anak kerap kali menjadi sasaran  empuk para  bandar narkoba. Bandar-bandar narkoba memiliki seribu akal  bulus untuk  menggaet anak-anak agar mau mencoba narkoba.
*
Dari  sekian banyaknya penduduk dunia yang sudah menjadi korban,  tercatat  tidak kurang dari 4 juta jiwa umat manusia di Republik  Indonesia  tercinta ini terjerumus menjadi korban narkoba. Kita  memangtidak pernah  berharap jumlah tersebut akan bertambah. Akan tetapi,  kenyataan  terbukti lain. Jumlah korban bertambah banyak, jumlah  pengedar  bertambah besar dan berkembang, yang sepertinya sulit untuk  dibendung.  Yang mengkhawatirkan, menurut informasi terakhir sebagaimana  banyak  diberitakan baik di media cetak maupun media elektronik,  Indonesia  sekarang ini banyak diserbu oleh sindikat narkoba  internasional. Oleh  karena itu tantangan yang akan kita hadapi pada  masa-masa mendatang,  otomatis bertambah berat. Hal ini pun akan meminta  perhatian yang lebih  serius lagi bagi segenap warga Negara Kathulistiwa  ini, dalam rangka  menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara,  sebagaimana telah  diamanatkan oleh para pejuang serta pendiri Republik  ini. Kita harus  merapatkan barisan, kita harus satukan tekad sambil  mengevaluasi serta  instropeksi diri terhadap langkah kita selama ini :  apa yan telah kita  lakukan, apa yang harus kita lakukan, apakah yang  telah kita lakukan  itu sudah maksimal atau belum, apakah kata hati  nurani kita sudah  sesuai dengan perbuatan kita, serta banyak lagi hal  yang perlu kita  renungi bersama. Tanpa adanya penerapan nilai Agama  mustahil rasanya  masalah penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya dapat  dibasmi. Kita perlu  manusiamanusia yang sehat jasmani dan rohani sebagai  pejuang yang akan  membebaskan bangsa ini dari penyalahgunaan barang  haram tersebut,  sekaligus diharapkan akan melahirkan manusia-manusia  sehat jasmani dan  rohani lainnya. Usaha kita harus maksimal. Hati dan  pikiran harus  benar-benar bersih. Kalau sudah demikian, serahkan segala  sesuatunya  kepada Tuhan Sang Pencipta. 





 
3 komentar:
ijin copas
Mulai lah berhenti mengunakan narkoba bro
Mulai lah berhenti mengunakan narkoba bro
Posting Komentar